Selasa, 22 Mei 2012

Kisah rumah H Agus Salim di gang sempit

H Agus Salim gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sempat ditangkap dan diasingkan Belanda. Gigih berbicara di forum internasional demi Indonesia. Cerdik, pintar dan menguasai sedikitnya sembilan bahasa. Hanya satu kekurangannya: Melarat.

"Beliau jenius dalam bidang bahasa. Barangkali ia paling pandai dari seluruh mereka itu. Beliau mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu semasa hidupnya melarat," ujar Mohamad Roem mengagumi teladan bangsa yang satu ini. 

Tapi itulah bukti pria kelahiran 8 Oktober 1884 ini tidak silau oleh harta. Sikapnya teguh, dan bersahaja. Agus Salim bersama Cokroaminoto mengembangkan Sarikat Islam. Dia pernah duduk di Volksraad atau Dewan Rakyat mewakili Sarikat Islam tahun 1921-1924. Di sini Agus Salim dikenal jago berdebat dan berpidato dalam bahasa Belanda. Agus Salim mundur karena mengetahui Belanda tak pernah sungguh-sungguh memperjuangkan nasib pribumi.

Celana monyet putra H Agus Salim

Pahlawan Nasional H Agus Salim dikenal sangat sederhana. Selain kesulitan dalam urusan rumah, soal pakaian juga tak lebih baik.

"H Agus Salim memakai pakaian menurut model sendiri. Kesan pertama bukan piyama dan bukan untuk pergi ke luar rumah. Bahannya lebih tebal dari piyama, tapi modelnya lebih dekat pada piyama. Potongan bajunya seperti kemeja, tapi dipakai di luar celana dan tidak pakai jas lagi," ujar Mohamad Roem dalam buku 'Bunga Rampai dari Sejarah'.

Saat berkunjung ke rumah Agus Salim tahun 1925, M Roem terkesan dengan kesederhanaan pemikir dan politisi besar Islam itu. Saat sedang asyik berdiskusi soal politik dan pandangan Agus Salim, tiba-tiba anak Agus Salim yang berusia empat tahun keluar dan minta digaruk. Anak itu mengenakan celana monyet, namanya Syauket.